Jumat, 02 Oktober 2015

Menghormati Orang Lain Tanpa Melihat Siapa Dia

Kisah berikut ini pernah disampaikan oleh Bob Sadino (alm) dalam sebuah pertemuan.

Pada suatu pagi terlihat seorang wanita berpenampilan menarik, berusia 40an, sambil membawa anaknya memasuki area perkantoran sebuah perusahaan terkenal. Karena masih sepi, mereka duduk di taman samping gedung. Mereka bermaksud sarapan sambil menikmati hamparan rumput hijau.

Selesai makan, wanita itu membuang dengan sembarangan tisu yang bekas dipakainya. Tak jauh dari tempat itu, seorang kakek tua berpakaian sederhana memegang gunting sedang memotong ranting-ranting. Ia menghampiri dan memungut sampah tisu itu dan membuangnya ke tempat sampah.

Beberapa waktu kemudian, kembali wanita itu membuang tisu lagi. Tanpa rasa sungkan kembali si kakek memungut dan membuangnya ke tempat sampah.

Sambil menunjuk ke arah sang kakek, wanita itu dengan angkuh berkata kepada anaknya, “Nak, kamu lihat, jika kamu tidak sekolah dengan benar, nanti kamu cuma jadi seperti kakek itu, kerjanya mungutin dan membuang sampah, pekerjaan kotor seperti kakek itu.

Si kakek meletakkan gunting dan menyapa wanita itu, “Maaf, ini taman pribadi, bagaimana ibu bisa masuk ke sini?”

Wanita itu dengan angkuh menjawab, “Aku adalah calon manager yang dipanggil oleh perusahaan ini.”

Pada waktu yang bersamaan seorang pria dengan sangat sopan dan hormat datang menghampiri sambil berkata kepada kakek tua itu, “Pak Presdir, saya hanya mau mengingatkan bahwa rapat sebentar lagi akan dimulai.”

Kakek itu mengangguk, lalu sambil mengarahkan matanya kepada wanita itu, ia berkata, “Manager, tolong untuk wanita ini, saya sampaikan ia tidak cocok untuk mengisi posisi apapun di perusahaan kita.”

Sambil melirik ke arah wanita itu, sang Manager kemudian menjawab, “Baik Pak Presdir, kami akan laksanakan sesuai perintah Bapak.”

Setelah itu, sambil berjongkok, kakek tua itu membelai kepala si anak, “Nak, di dunia ini, yang terpenting adalah belajar untuk menghormati orang lain. Siapapun dia, direktur ataupun tukang sampah.”

Wanita itu tertunduk malu, tanpa berani memandang si kakek tua itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar