Pernah memberi label "anak kesayangan" pada anak kita? Sebuah studi terbaru yang dierbitkan Journal of Oxford Gerontology menyebutkan, seorang anak dengan label anak kesayangan di sebuah keluarga memiliki kecenderungan untuk merasa depresi, gangguan kecemasan, percaya diri, dan bahkan tindakan negatif lainnya—seperti penggunaan narkoba.
Kita tahu, standar penentuan anak favorit atau atau anak kesayangan setiap orangtua tentu berbeda. Ada yang berdasarkan urutan lahir, ada yang berdasarkan perilakunya yang teladan dibandingkan saudara-saudaranya yang lain.
Idealnya, anak kesayangan orangtua bisa berubah-ubah setiap tahun, tergantung mana yang menurut mereka layak mendapatkan “gelar” itu. Tapi yang kerap terjadi adalah anak kesayangan bisanya diperlakukan secara manja atau tak pernah salah karena sering dibela. Padahal, perlakuan dalam skenario terburuk itu bisa menimbulkan efek jangka panjang yang buruk pada anak.
Kembali ke studi di atas. Para peneliti mendata sekitar 725 anak-anak usia dewasa. Ketika seorang anak ditentukan untuk lebih dekat dengan ibu mereka ketimbang saudaranya yang lain, mereka memiliki risiko lebih mudah untuk merasa depresi. Ini disebabkan karena mereka biasanya diperlakukan beda oleh saudara-saudaranya yang cenderung tidak dimanjakan.
Tak hanya itu, anak kesayangan yang biasa dimanja selama masa muda, cenderung merasa terbebani saat menjalani kehidupan sosial yang tak memperlakukan mereka dengan “spesial”. Hasil dari studi tersebut seakan mengingatkan pada orangtua bahwa melabelkan anak kesayangan akan memberi dampak tersendiri. Kebanyakan orangtua mengaku tidak membedakan perhatian pada anak-anak mereka.
Jadi, solusi paling baik adalah menghilangkan bias itu, menghilangkan predikat anak kesayangan dalam keluarga. Toh semua anak pada dasarnya harus diperlakukan sama antara satu dengan yang lainnya.
Kita tahu, standar penentuan anak favorit atau atau anak kesayangan setiap orangtua tentu berbeda. Ada yang berdasarkan urutan lahir, ada yang berdasarkan perilakunya yang teladan dibandingkan saudara-saudaranya yang lain.
Idealnya, anak kesayangan orangtua bisa berubah-ubah setiap tahun, tergantung mana yang menurut mereka layak mendapatkan “gelar” itu. Tapi yang kerap terjadi adalah anak kesayangan bisanya diperlakukan secara manja atau tak pernah salah karena sering dibela. Padahal, perlakuan dalam skenario terburuk itu bisa menimbulkan efek jangka panjang yang buruk pada anak.
Kembali ke studi di atas. Para peneliti mendata sekitar 725 anak-anak usia dewasa. Ketika seorang anak ditentukan untuk lebih dekat dengan ibu mereka ketimbang saudaranya yang lain, mereka memiliki risiko lebih mudah untuk merasa depresi. Ini disebabkan karena mereka biasanya diperlakukan beda oleh saudara-saudaranya yang cenderung tidak dimanjakan.
Tak hanya itu, anak kesayangan yang biasa dimanja selama masa muda, cenderung merasa terbebani saat menjalani kehidupan sosial yang tak memperlakukan mereka dengan “spesial”. Hasil dari studi tersebut seakan mengingatkan pada orangtua bahwa melabelkan anak kesayangan akan memberi dampak tersendiri. Kebanyakan orangtua mengaku tidak membedakan perhatian pada anak-anak mereka.
Jadi, solusi paling baik adalah menghilangkan bias itu, menghilangkan predikat anak kesayangan dalam keluarga. Toh semua anak pada dasarnya harus diperlakukan sama antara satu dengan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar