Dari balik rimbunnya dedaunan, terbit bintang-bintang kecil pantulan cahaya matahari. Butiran butiran embun menetes membasahi lidah tanah yang menjulur kehausan. Burung-burung berkicau riang sahut menyahut menyanyikan irama cinta.
Barisan semut berbaris rapi di sela-sela rumput membawa butiran butiran putih ke dalam lubangnya. Bunga mawar merekah tersenyum dan mukanya memerah. "Ada cinta hari ini," bisiknya dengan lembut kepada angin yang segera berlalu melintasi samudera dan benua. "Ada cinta hari ini," sapa angin kepada setiap orang yang dibelainya.
Bunga-bunga mekar, pohon-pohon berdiri gagah, hewan-hewan tersenyum gembira dan cinta riang menari ke sana ke mari. "Manusia tidak bisa hidup tanpaku. Manusia memerlukanku...," sepenggal syair merdu dinyanyikan cinta. "Aku mempersatukan, aku meneguhkan, aku menghidupkan. Lihatlah aku dalam senyuman anak kecil, dalam canda tawa dan tatapan mesra sepasang kekasih, dalam dekapan hangat tanpa kata, dalam kecupan harapan dan janji, dalam hati yang dipenuhi Tuhan”
"Mencintailah sebab cinta itu indah. Bernyanyilah sebab hidupmu berarti karena cinta. Tertawalah karena engkau memilikiku. Berjanjilah kepadaku bahwa engkau tidak akan pernah melepaskanku," tarian cinta terhenti lalu bersimpuh di atas ikatan diri. "Aku mencintaimu, aku mudah terluka karena kamu. Aku rapuh, aku perlu dijaga dan dipelihara, aku tidak dapat berdiri sendiri sebab aku membutuhkanmu, aku hampa tanpa dirimu," kata cinta sambil terisak menangis.
Cinta tahu ia tidak bisa terbang sendirian. Ia harus menggenggam dua hati manusia bersamanya, ia harus merangkai jutaan kesendirian hingga sepi lenyap tak berbekas lagi.
"Aku ibarat buah, manis di mulut tetapi harus dicerna dengan benar oleh perut yang benar," bisik cinta sambil menengadah ke arah matahari yang bersembunyi malu di balik awan. Cinta menyeka wajahnya yang basah oleh pengorbanan dan ingkar diri. Ia bangkit lalu menari lagi. Ia rentangkan tangannya lalu bernyanyi, "
"Ada cinta hari ini..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar