Rabu, 06 Agustus 2014

Berbahagia Melalui Kebahagiaan Orang Lain


Seorang ibu yang amat cantik berpakaian indah dan mahal datang kepada seorang psikiater untuk minta nasihat. Segala sesuatu yang ia minta dari suaminya harus dituruti: rumah yang mewah, mobil, pakaian, perabot rumah tangga, dsb. Akhirnya suaminya tidak mampu lagi menuruti keinginannya. Ia membuat suaminya frustrasi dan bangkrut. Kemudian mereka bercerai.

Seluruh hidup ibu itu terisi penuh oleh barang-barang, dan sebetulnya sama sekali kosong. Psikiater berkata, "Saya ingin agar Anda menemui ibu pembersih kantor itu. Dan mintalah ia cerita bagaimana ia menemukan kebahagiaan dalam hidupnya." 

"Suamiku meninggal karena radang paru-paru. Tiga bulan kemudian, satu-satunya anakku laki-laki meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Saya tidak punya apa-apa lagi. Saya berjalan dalam kegelapan. Saya tidak bisa tidur. Saya tidak punya nafsu makan. Saya tidak pernah senyum kepada siapa pun. Segalanya gelap,u, " kata ibu pembersih kantor itu.

Kemudian dia melanjutkan bercerita, "Pada suatu malam, seekor kucing kurus mengikuti saya masuk rumah. Entah bagaimana, saya merasa iba padanya. Ia kedinginan dan saya beri dia minum susu. Kucing itu kemudian mendengkur dan menggosok-gosokan badannya pada kaki saya. Pada saat itu saya pertama kali mulai tersenyum lagi. Lalu saya merenung; jika membantu seekor kucing kecil dapat membuatku tersenyum, mungkin dengan mengerjakan sesuatu bagi orang lain membuatku bahagia. Maka pada hari berikutnya saya membuat kue dan memberikannya kepada tetangga yang sedang sakit. Setiap hari saya mencoba untuk berbuat baik bagi orang lain, karena dengan demikian membuat saya bahagia. Saya bahagia dengan melihat orang lain bahagia."

Ibu itu menangis. Ia mempunyai banyak uang yang bisa digunakan untuk membeli apa saja, tapi ia telah kehilangan apa saja yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Kemudian ia memutuskan, "Saya akan berusaha untuk membuat orang lain bahagia. Jangan sampai seperti boneka Pandir seperti yang saya alami ini."

(Sumber: Mementingkan Diri dari buku NATO: No Action Talk Only)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar