Rabu, 07 Agustus 2013

Sebutir Pasir

Penakluk pertama Mount Everest, puncak tertinggi dunia di Pegunungan Himalaya, Sir Edmund Hillary, pernah ditanya wartawan apa yang paling ditakutinya dalam menjelajah alam. Dia lalu mengaku tidak takut pada binatang buas, jurang yang curam, bongkahan es raksasa, atau padang pasir yang luas dan gersang sekalipun! Lantas apa yang ditakutinya ?

“Sebutir pasir yang terselip di sela-sela jari kaki,” kata Hillary.

Wartawan heran, tetapi sang penjelajah melanjutkan kata-katanya,”Sebutir pasir yang masuk di sela-sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia bias masuk kekulit kaki atau menyelusup lewat kuku. Lama-lama jari kaki terkena infeksi, lalu membusuk. Tanpa sadar kakipun tak bias digerakkan. Itulah malapetaka bagi seorang penjelajah, sebab dia harus ditandu”

Harimau, buaya dan beruang, meski buas, adalah binatang yang secara naluriah takut menghadapi manusia. Sedang menghadapi jurang yang dalam dan ganasnya padang pasir, seorang penjelajah sudah punya persiapan memadai. Tetapi jika menghadapi sebutir pasir yang akan masuk kejari kaki, seorang penjelajah tak mempersiapkannya. Dia cenderung mengabaikannya.

Apa yang dikatakan Hillary, kalau kita renungkan, sebetulnya sama dengan orang yang mengabaikan dosa-dosa kecil. Orang yang melakukan dosa kecil, misalnya mencoba-coba mencicipi minuman keras atau membicarakan keburukan orang lain, sering menganggap hal itu adaloah dosa yang kecil. Karena itu, banyak orang yang kebablasan melakukan dosa-dosa kecil sehingga lambat laun jadi kebiasaan. Kalau sudah jadi kebiasaan, dosa kecil itupun akan berubah jadi dosa besar yang sangat membahayakan dirinya dan masyarakat.

Melihat kemungkinan potensi kerusakan besar yang tercipta dari dosa-dosa kecil itulah, Nabi Muhammad saw mewanti-wanti agar umatnya tidak mengabaikan dosa-dosa kecil seraya tidak melupakan amal baik kendati kecil juga. Dalam kisah disebutkan, seorang pelacur masuk surga hanya karena memberi minum anjing yang kehausan.

Perbuatan yang cenderung dinilai sangat kecil itu ternyata di mata Allah punya nilai sangat besar karena factor keikhlasannya. Bukankan semua ruh yang ada diseluruh jagat ini, termasuk ruh anjing tersebut, hakikatnya berasal dari Tuhan Yang Maha Pencipta juga? Itulah nilai setetes air penyejuk yang diberikan sang pelacur pada anjing yang kehausan.

Oleh karena itu melalui kesempatan ini Saya mengucapkan :
”Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum minal aidin wal faidzin”
 
SELAMAT IDUL FITRI 1 SYAWAL 1434 H – MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar