Nik Wallenda berhasil menyeberangi air terjun Niagara setinggi 135 kaki (41,15 meter) dengan berjalan di atas kawat baja berukuran 2 inci (sekitar 5 cm). Aksi yang mendebarkan. Sepertinya Nik tidak memiliki rasa takut. Namun, ternyata dia tidak berpikir dirinya sebagai orang yang berani. Alias punya rasa takut juga.
Menurutnya, apa yang dilakukannya hanyalah seni, bukan sebagai orang yang kehilangan rasa takut. Karena baginya, “Orang yang tidak memiliki rasa takut adalah orang yang melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain, namun dia tidak pernah berlatih sedikit pun.” Sementara Wallenda megaku dirinya berlatih keras selama berbulan-bulan sebelum benar-benar melakukan aksinya.
“Pada dasarnya otak Wallenda tidak berbeda dengan otak manusia lainnya. Namun seseorang belajar untuk berkompromi dengan tekanan dan rasa takut dengan cara yang berbeda,” ujar Jeff Wise, penulis Extreme Fear: The Science of Your Mind in Danger.
Tidak ada rasa takut yang rasional.
Dia tidak datang dari kortek prefrontal; otak kita memproses emosi secara paralel. Jadi, jika kebanyakan orang akan segera merasakan jantung yang berdegup, karena takut jatuh bahkan mati, maka orang seperti Wallenda yang sudah mengenal “bahannya” mungkin hanya merasa dirinya berjalan di pinggir trotoar.
Apalagi kenyataannya Wallenda sudah berjalan di atas tali sudah sangat lama (sejak berusia 2 tahun, atau bahkan sebelum dia lahir, jika aksi ibunya yang sedang mengandungnya di usia 6 bulan berjalan di atas tali). Semuanya alami.
Wallenda juga mengakui apa yang dilakukannya berbahaya. Makanya selama 6 bulan terakhir, dia berlatih keras dengan menyeberang tali dengan jarak yang sama namun lebih dekat dengan tanah. Saat itu dia sudah memvisualisasikan dirinya menyeberang di Grand Canyon.
Hingga akhirnya dia benar-benar menyeberang di Grand Canyon, dia membalikkannya dengan membayangkan dirinya sedang berlatih. (source : Discovery)
Menurutnya, apa yang dilakukannya hanyalah seni, bukan sebagai orang yang kehilangan rasa takut. Karena baginya, “Orang yang tidak memiliki rasa takut adalah orang yang melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain, namun dia tidak pernah berlatih sedikit pun.” Sementara Wallenda megaku dirinya berlatih keras selama berbulan-bulan sebelum benar-benar melakukan aksinya.
“Pada dasarnya otak Wallenda tidak berbeda dengan otak manusia lainnya. Namun seseorang belajar untuk berkompromi dengan tekanan dan rasa takut dengan cara yang berbeda,” ujar Jeff Wise, penulis Extreme Fear: The Science of Your Mind in Danger.
Tidak ada rasa takut yang rasional.
Dia tidak datang dari kortek prefrontal; otak kita memproses emosi secara paralel. Jadi, jika kebanyakan orang akan segera merasakan jantung yang berdegup, karena takut jatuh bahkan mati, maka orang seperti Wallenda yang sudah mengenal “bahannya” mungkin hanya merasa dirinya berjalan di pinggir trotoar.
Apalagi kenyataannya Wallenda sudah berjalan di atas tali sudah sangat lama (sejak berusia 2 tahun, atau bahkan sebelum dia lahir, jika aksi ibunya yang sedang mengandungnya di usia 6 bulan berjalan di atas tali). Semuanya alami.
Wallenda juga mengakui apa yang dilakukannya berbahaya. Makanya selama 6 bulan terakhir, dia berlatih keras dengan menyeberang tali dengan jarak yang sama namun lebih dekat dengan tanah. Saat itu dia sudah memvisualisasikan dirinya menyeberang di Grand Canyon.
Hingga akhirnya dia benar-benar menyeberang di Grand Canyon, dia membalikkannya dengan membayangkan dirinya sedang berlatih. (source : Discovery)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar