Saat malam menjelang, puterinya tiba dengan wajah yang sangat lelah dan tampak gusar. Melihat wajah yang tidak biasa itu, sang ibu bertanya, "Anakku, ada apa? Mengapa wajahmu tampak sedih dan gusar?"
Anak perempuan itu menghela napas panjang lalu menjawab, "Ibu, aku lelah sekali. Aku tidak habis pikir mengapa hidupku sangat malang. Aku selalu bekerja keras, selalu menunjukkan apa yang aku bisa. Aku bahkan selalu mengorbankan banyak hal untuk pekerjaanku. Namun tidak ada yang memuji pekerjaanku. Mereka bahkan sering mengejek dan mengatakan aku tidak akan bisa mencapai hasil terbaik dalam pekerjaanku," dua tetes air mata mengalir di pipi anak perempuan itu.
Sang ibu mengusap rambut anak perempuannya dengan sayang. "Anakku, jangan pernah mengharap orang lain untuk selalu memuji apa yang sedang engkau kerjakan."
"Maksud ibu?" tanya sang anak tak mengerti.
"Coba kau lihat bunga sepatu yang tumbuh di halaman belakang rumah kita. Dulu, saat kau masih kecil, tidak ada yang menanam pohon itu. Tiba-tiba dia tumbuh dan semua orang membiarkannya tumbuh tanpa memberi pupuk atau menyiram." ujar si ibu.
Anak perempuannya hanya mendengarkan.
"Tidak ada yang peduli pada bunga sepatu itu, hingga pada masa dia berbunga, semua orang akan mengagumi betapa indah kelopak-kelopaknya. Bahkan tidak sedikit yang berebut untuk memetiknya," lanjut si ibu sambil tersenyum.
"Anakku, orang lain mungkin tidak peduli dengan apa yang kamu kerjakan sekarang, tetapi jangan menyerah dan selalu berikan yang terbaik, seperti yang dilakukan bunga sepatu. Dia selalu bersabar dan memberikan yang terbaik sekalipun orang-orang tidak peduli padanya."
Anak perempuan itu langsung memeluk ibunya sambil menangis karena telah merasa keliru dan menyesal telah menangisi kesabaran dan kerja keras yang sudah dia lakukan. "Aku berjanji akan memberikan yang terbaik," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar