Jumat, 09 Mei 2014

Bangku Taman

Kisah berikut ini merupakan kisah seorang wanita yang sedang merenung di sebuah taman kota.

Bangku taman itu kosong saat aku duduk membaca di bawah sebuah pohon tua. Kecewa dengan hidup itulah alasanku yang membawaku di bawah pohon tua itu.

Tiba-tiba seorang bocah laki-laki yang seperti kehabisan napas mendekati saya. Tampaknya ia lelah dari bermain. Ia berdiri tepat di depan saya dengan kepalanya miring ke bawah, dan mengatakan dengan gembira, “Lihat apa yang kutemukan!”

Di tangannya ada setangkai bunga. Namun, bunga itu dengan kelopak yang sudah layu seperti tidak pernah tersiram hujan atau terkena cahaya matahari. Aku bergeser meninggalkannya. Namun ia malah duduk di samping saya dan menyodorkan bunga itu ke hidung saya, “Bunga ini pasti cantik dan indah serta harum, itulah mengapa saya memilihkannya untukmu.”

Bunga itu benar-benar tidak menarik karena memang sudah mati. Aku harus mengambilnya supaya ia cepat pergi. Aku meraih bunga itu. Tapi bukannya memberikan padaku, ia malah memainkannya di udara. Saat itulah aku melihat untuk pertama kalinya, anak itu ternyata tidak bisa melihat. Dia buta.


Aku mendengar suaraku bergetar, air mataku luruh. Aku berterima kasih ia sudah memilihkannya yang terbaik. Terima kasih kembali, katanya sambil tersenyum. Kemudian anak itu berlari menjauh dan bermain kembali. Ia tidak menyadari bahwa pertemuan ini benar-benar memberikan arti bagiku. Bagaimana ia berhasil melihat seorang wanita yang mengasihani diri sendiri di bawah pohon tua ini. Bagaimana ia tahu penderitaan saya?

Mungkin dari hatinya, ia telah diberkati dengan pandangan lain. Melalui mata seorang anak buta, akhirnya aku bisa melihat masalah itu tidak dengan kaca mata dunia, masalahnya adalah saya. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk melihat keindahan dalam hidup, dan menghargai setiap detik diriku sendiri. Lalu saya ambil bunga mawar yang sudah layu itu dan menghirup aromanya. Ah.. bocah laki-laki itu memegang bunga lain di tangannya yang mungkin akan mengubah kehidupan orang lain lagi. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar