Rabu, 04 September 2013

Pelajaran Matematika Vs Pelajaran Mengantri



Seorang guru di Australia pernah berkata, “Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai Matematika. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”

Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu?” Karena yang terjadi di negara kita justru sebaliknya.

Inilah jawabannya :

Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.

Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb.

Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.

”Memang ada pelajaran berharga apa dibalik MENGANTRI ?

”Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya;”



  1. Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
  2. Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
  3. Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting..
  4. Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.
  5. Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)
  6. Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.
  7. Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
  8. Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
  9. Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.
  10. Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.
  11. Anak belajar bekerjasama dengan orang-orang yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.
  12. Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.

 Dan mungkin masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya, silahkan anda temukan sendiri sisanya.

Saya cukup  tertegun mendengarkan butir-butir penjelasannya. Dan mengingat-ingat pengalaman mengantri dan melihat antrian. Apa yang di pertontonkan para orang tua pada anaknya, dalam mengantri menunggu giliran sungguh memprihatinkan.

Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata ”Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja !!”

Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata ”Dasar Penakut”, karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.

Ada orang tua yang menggunakan taktik dan sejuta alasan agar anaknya di perbolehkan masuk antrian depan, karena alasan masih kecil capek ngantri, rumahnya jauh harus segera pulang, dsb. Dan menggunakan taktik yang sama di lokasi antrian permainan yang berbeda.

Ada orang tua yang malah marah-marah karena di tegur anaknya menyerobot antrian, dan menyalahkan orang tua yang menegurnya.

Dan berbagai macam kasus lainnya yang mungkin anda pernah alami juga?

Ah sayang sekali jika orang tua, guru, dan juga Kementrian Pendidikan kita masih saja meributkan anak muridnya tentang Ca Lis Tung (Baca Tulis Hitung), Les Matematika dan sejenisnya. Padahal negara maju saja sudah berpikiran bahwa mengajarkan MORAL pada anak jauh lebih penting dari pada hanya sekedar mengajarkan anak pandai berhitung.

Mengapa Orang Tidak Suka Mengantri?

Mengantre adalah aktivitas yang membosankan dan kerap membuat orang sebal dan frustasi.
Studi yang dilakukan oleh David Meister, mantan profesor di Harvard Business School, menjelaskan biasanya orang merasa bahwa mereka mengantre lebih lama dari sesungguhnya. Antrean yang hanya memakan waktu 15 menit terasa seperti mengantre 1 jam.

Seperti yang diilustrasikan oleh iklan jasa kiriman Federal Express (FedEx), ”Menunggu (atau mengantre) itu adalah sesuatu yang menyebalkan, menyakitkan, mengganggu, memakan waktu dan sangat mahal.”
Berikut adalah faktor-faktor yang menjelaskan kenapa orang tidak suka mengantri:

Waktu yang terisi terasa lebih pendek daripada waktu yang kosong. Peneliti operasi dari MIT, Richard Larson, menjelaskan bahwa waktu yang terisi dengan kegiatan (berjalan ke tempat lain) akan terasa lebih singkat dibandingkan dengan waktu yang kosong (menunggu di antrean). Kebanyakan rumah sakit menyediakan TV atau bacaan untuk mengalihkan perhatian pasien yang menunggu. 

Ketidaksabaran orang untuk memulai kegiatan. Sebagian besar orang tidak mau menghabiskan waktu untuk memulai kegiatan, entah itu memesan makanan di restoran ataupun menelepon customer service di sebuah perusahaan. Ketidaksabaran ini sebenarnya berasal dari ketakutan dilupakan oleh orang lain. Oleh karena itu, pelayan restoran selalu memberikan menu makanan terlebih dahulu sebelum pergi untuk melayani orang lain. 

Kegelisahan orang memperpanjang waktu antrean. Antrean akan terasa lebih lama jika seseorang merasa telat memilih jalur paling lambat di gerbang tol. Seperti halnya dalam membeli tiket pesawat, menunggu akan terasa lebih panjang jika seseorang takut dia tidak akan mendapatkan kursi. 

Situasi yang tidak familiar membuat antrean tampak lama. Pasien akan mengantre dengan lebih tenang jika suster mengatakan, ”30 menit lagi dokter akan datang melihat Anda,” dibanding ketika suster mengatakan, ”Dokter akan datang segera.” Maister memberikan ilustrasi yang dapat ditemukan di kesibukan tiap hari: Jika saya datang ke suatu tempat 30 menit lebih awal, saya akan menunggu dengan sangat sabar, tetapi tiga menit setelah waktu yang dijanjikan lewat, saya akan mulai merasa kesal.

Antrean yang tidak adil terasa lebih lama. Aturan “siapa cepat, dia dapat” memang bagus kalau diterapkan. Pelanggan datang, mengambil nomor antrean di loket kemudian duduk dan menunggu gilirannya dengan sabar sampai dipanggil. 

Namun sayangnya, hal ini jarang terjadi karena selalu ada saja orang yang mempunyai “kepentingan darurat” dan harus dipersilakan maju lebih dahulu. Melihat hal ini, pelanggan yang lain menjadi kesal karena diperlakukan tidak adil.

Semakin berharga suatu layanan, semakin lama pelanggan akan mengantre.
Pelanggan akan rela menunggu lebih lama untuk berbicara kepada dokter daripada kepada petugas. Seperti halnya dengan Blackberry, ribuan orang rela antre hinga berdesak-desakan untuk mendapat Blackberry terbaru.

Mengantre bersama lebih cepat daripada mengantri sendiri. Mengantre bersama membuat antrean terasa lebih cepat karena waktu dilewatkan dengan berbincang dengan teman. Pada dasarnya orang ingin merasa bahwa waktu mereka berharga dan tidak mau menyalahgunakan waktu tersebut, oleh sebab itu seringkali orang kesal jika harus mengantre. Lakukanlah berbagai aktivitas atau kegiatan yang bisa membuat kita nyaman dan tidak merasakan jalannya waktu.

Sumber :Happiness Project via Berita Satu
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar